Pagi tadi (kemarin, red)diawali dengan baris di depan kelas, masuk, doa, baca Asmaul Husnah, presensi, terus sholat dhuha berjamaah. Kemarin, mulut baru mingkem, aku bilang kita mau sholat di masjid, semuuuua luaari tungganglanggang kaya’ kesurupan menuju masjid besar. Padahal, maksudku adalah mushola yang ada di dalam sekolah. Terus aku suruh si Aisyah nyusul teman2nya ke depan. Sisanya, jalan bersamaku, sekitar 6 orang, dan mendapatkan giliran wudlu duluan dan boleh masuk mushola dulu. Yang lain kena’ omelan dulu tentunya.
Nah, akhirnya tadi aku suruh baris, jalan harus tetap lurus sampe di tujuan. Berhasil, trouble maker-pun nurut. Wudlu, gantian, juga bagus, di dalam masjid bagus, sampai selesai. Ga’ tau ditempeli apa, si Ifal si tukang ribut, ga’ ganggu sama sekali, diem, dan maju untuk jadi imam. Ya Alloh, sungguh aku bersyukur, semoga bertahan. Pas pelaksanaan ga’ perfect, tetep, ada yang goyun disana-sini, tapi ga’ keterlaluan seperti biasanya. Sudah waktunya ke kelas, baris, terjadilah insiden.
Guyon, dorong-dorongan, yang belakang dorong keras ke depan, aku bilangin ga’ mempan. Habis itu, yang depan ada yang ga’ terima, wis pukul, tendang, si tukang dorong (Abel). Fani meski kecil, wuih tapi gesit, jadilah dapet beberapa pukulan, aku pisah dengan sekuat tenaga yang aku punya, Abel aku pegangi, tapi ya gitu terus berontak, anak-anak diemmm, wajahnya pada takut, cwek maupun cwok. Yang diincar Abel adalah Ifal dan Fani. Secara akal sehat, pasti Bu Guru yang kecil ini kalah degan anak2 yang banyak gizinya ini, tapi untung aku peluk dia, kepalanya tak pegang, aku belai-belai, sambil ku bilangi “sudah Bel, sudah….”, dia terus aja berusaha berontak. Akhirnya, aku suruh smua keluar, pake sepatu, Abel tetap kau pegang. (more…)