DewiRakhma^Psy Weblog

May 4, 2008

Melongok SD Di Jepang

Filed under: pendidikan — Tags: , , , , , , , — dewisang @ 5:27 am

 Peringatan HARDIKNAS 2 Mei semarak dengan demo dimana-mana. Isinya kurang lebih tentang pendidikan yang semakin mahal “Mau Pinter Kok Mahal”, “si miskin yang makin tersingkir dari panggung pendidikan”. Adalah PR buat kita semua untuk mewujudkan pendidikan murah namun berkualitas. Sulit? Pasti, becoz nothing easy, tapi apa tidak mungkin? Mungkin sekali, becoz nothing is imposibble in the world. Sekedar sebagai bahan perbandingan, berikut ini ada tulisan ringkas mengenai sistem dan kondisi sekolah dasar di Jepang. Semoga pendidikan kita sedang menuju ke arah yang lebih baik. (more…)

March 27, 2008

Islam dan Kreativitas Guru dalam Metode Pembelajaran

Rakhmawati, dewi. 2007. Islam dan Kreativitas Guru dalam Metode Pembelajaran (Bab II). Makalah tidak diterbitkan. Malang: Masjidil ‘Ilm Bani Hasyim

 Sekolah Islam memang menggeliat belakangan ini. Lembaga pendidikan ini tidak lagi dipandang sebelah mata, sebagai lembaga yang kolot dan ‘puritan’. Maraknya para orang tua menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Islam belakangan ini, menurut pakar pendidikan yang juga mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Prof DR Hidayat Syarif merupakan fenomena yang sangat positif. ”Ini fenomena yang bagus. Dulu, sekolah sekolah ini tidak mampu bersaing,” jelas Hidayat. Menurut mantan Deputi Sumber Daya Manusia (SDM) Bappenas ini, sekolah-sekolah Islam selain mengutamakan mata pelajaran umum yang sesuai dengan kurikulum Diknas, juga ditambah dengan mata pelajaran agama. Lebih khusus lagi, kata Hidayat, adalah pada penanaman moral, pendidikan akhlak.

Alasan serupa dikemukakan psikolog dan pemerhati pendidikan anak, Seto Mulyadi. Menurut Kak Seto, belakangan ini banyak lembaga pendidikan Islam yang telah meningkatkan kualitasnya dengan mengadopsi beberapa model atau kurikulum dari luar negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat dan lainnya. ”Semua baik, tapi yang penting harus dilakukan dengan prinsip for the best interest of the child (demi kepentingan terbaik bagi anak), bukan bagi orang tua, guru, yayasan, dan sebagainya,” jelasnya. Penulis setuju dengan pendapat Kak Seto, sumber informasi terpenting adalah dari sisi anak. Sekolah yang baik adalah baik menurut anak bukan baik menurut iklan. Pertanyaan mendasar adalah coba anak boleh melihat, mencoba, pada saat pendaftaran itu ada suasana untuk percobaan dan sebagainya lalu tanyakan kepada anak. Menurut dia bagaimana, enak nggak di sekolah itu? Kalau dia suka silahkan didaftarkan. Orangtua jangan memilih sekolah hanya karena prestise.

Sekolah Islam sebaiknya tidak mengajarkan ajaran-ajaran Islam dalam hanya sekadar dari sudut pandang orang tua. Misalnya orang tua nanti kalau berbuat ini dosa, kalau mengerjakan ini nanti masuk sorga. Jadi, akhirnya anak jadi objek untuk ambisi orang tua. Sejak dini anak memang harus dibekali dengan pendidikan agama, namun harus melihat metode yang dipakai. ”Pengajarannya bagaimana? Jangan lembaga Islam metode pembelajarannya dengan kekerasan sehingga membuat anak malah takut dengan agama. Mereka bisa anti produktif, tapi kalau Islam diajarkan dengan bernyanyi, dongeng, boneka, kegiatan bermain di taman yang menyenangkan, gurunya ramah, itu Islam akan sangat muncul dengan efektif pada diri anak.

Metode pembelajaran merupakan kunci utama berhasilnya sebuah pendidikan. ”Ada sekolah Islam yang metodenya menyenangkan tapi tidak sedikit sekolah Islam yang metodenya kurang menyenangkan. Ini yang sangat disayangkan, akan memberikan gambaran yang keliru terhadap Islam.” Anak pra sekolah, misalnya, belum saatnya dia ditakut-takuti kalau bolos, atau malas nanti masuk neraka. Anak-anak usia begini seharusnya dikenalkan bahwa Islam itu indah, sabar, kasih sayang, dan diberikan contoh konkret,” ujarnya. Yang tak kalah pentingnya, papar Kak Seto lebih lanjut, peran orang tua dalam membimbing anak. Apalagi, seorang anak justru akan lebih lama bersama orang tuanya ketimbang guru. ”Orang tua harus menyadari bahwa pendidik yang paling utama adalah orang tuanya sendiri. Jadi, orang tua harus memainkan peranan penting terhadap pendidikan anak. Dimulai dengan keteladanan atau contoh, jangan menyuruh anak shalat tapi anak tidak shalat. Jangan menyuruh kepada anak kalau dari orang tuanya tidak ada keteladanan yang konkrit dari orang tuanya.” Yang penting, kata Kak Seto, penekanannya bukan sekadar hablumminallah tapi hablum minannaas. ”Kita memberikan kepada mereka bahwa ajaran Islam itu baik hati,” ujarnya. Di rumah, hal itu bisa ditunjukkan oleh orang tua kepada anak. Ketika setelah shalat, misalnya, orang tua mendongeng bagi anak, bukan mengomel. ”Dari situ ada asosiasi antara perilaku shalat dan kasih sayang ataupun suasana kehangatan emosional ibunya yang dirasakan sekali terhadap anak,” ujarnya. (more…)

“Perang Terbuka” Menjelang PSB

 Kalau cuma pengen anak balita anda bisa baca ga’ perlu sekolah mahal

Kalau anda keluar rumah, hampir di setiap sudut kota, tempat spanduk boleh dipasang, di gang-gang kampung, di jalan manapun kita jumpai spanduk yang berisi berbagai “keunggulan” sekolah-sekolah (kebanyakan TK). Dari penampilan luar, warna dan semacamnya, sangat eye catching, menarik, dari programnya juga, ada yang menamakan sekolah “plus”, sekolah “unggulan”, bahkan ada salah satu TK di kota Malang yang menerapkan web dan full English untuk anak TK. Bahkan ada juga yang bilang “pendaftaran cuma 3 hari” kaya’ perang discount di matahari aja. 

 Kalau masih balita buat apa internet, nanti kalau buka yang aneh-aneh bingung ngatasi, biarkan mereka ini tumbuh dengan alami, sayur- buah aja sekarang lagi dikampanyekan yang organik. Apapun yang natural sepertinya efeknya lebih bagus. Pinter English terus pas disuruh nenek ambil sendal item, ga’ ngerti karena ngertinya black. Ikan ga’ ngerti, ngertinya fish. Program untuk anak TK itu adalah pengenalan, yang penting adalah bahasa ibu, bahasa ibu apa ya itu yang harus dipahami, bahasa itu mudah kok kalau lingkungan terbiasa English dengan mudah dia kan menirukan English, ga’ usah dipaksa. (more…)

February 16, 2008

what’s wrong with u…Indonesia ku

Ya allah, begitu banyak kasus di negeri ini, dan kok ga’ pernah selesai ya…jangankan selesai….berkurang atau meredapun belum ada tanda-tandanya…kenapa ya…? Kasus BLBI, Askeskin, banjir, angin, longsor, sampai ngributin gelar pahlawan yang bakal diberikan kepada P.Harto, trus dipecatnya dua anak SD kakak beradik di Riau gara-gara ga’ bisa bayar uang “pelicin” (dua berita terakhir inspirasi dari Kompas, 12 Februari 2008). Kalau melihat berita di televisi isinya begitu-begitu aja, intinya orang-orang Indonesia karakternya kok seperti itu ya…mengenyangkan perut sendiri, padahal sebenarnya orang itu sedang kena musibah, bukannya ditolong tapi mengambil keuntungan dari situasi sulit saudara sendiri. Selalu saja bencana diikuti dengan pencurian, pura-pura jadi korban untuk mendapat bantuan dan sebagainya. Ditambah lagi pemerintah selalu terlambat dalam mengatasi masalah–kaya’ polisi India–. Udah tau banyak bencana tapi duitnya dikeluarkan untuk hal-hal ga’ penting..

Yang di Riau itu juga, orang miskin dikeluarkan dari sekolah gara-gara ga’ bayar uang “pelicin”, kenapa ya..kok tega ya…Terus ada salah satu RS di Solo yang tidak mau menerima pasien Askeskin, yang salah bertanggungjawab siapa sih….dokter, pemilik RS, atau pemerintah….sepertinya kembali ke pemerintah segitu parahnya korupsi di negeri ini sehingga anggaran Askeskin ga’ sampe ke RS, RS kan ga mau rugi…tapi kalau dipikir-pikir harusnya dokter-dokter juga punya hati, pastinya ga’ tega liat orang yang sakit.

Ada lagi yang sedang hot tentang Askar Wataniah..WNI direkrut Malaysia untuk menjaga perbatasan RI-Malaysia, kalau terjadi baku tembak berarti orang Indonesia membunuh orang Indonesia…ya ampun….apa2an ya Malaysia itu. Dan siapakah yang menang…apakah Indonesia berhasil mempertahankan wilayahnya..atau terlambat lagi sehingga kekayaan, harta Indonesia diambil–untuk yang kesekian kalinya–oleh Malaysia, wait and see aja…

Kasus kekerasan juga snagat-sangat umum sekarang gara-gara masalah sepele, saling bunuh. Mulai dari pasar, penjual, warga dengan Satpol PP yang menggusur rumah/toko mereka, “perang” antar suporter sampai ada yang meninggal, polisi dan tentara tembak-tembakan, sampai di gedung parlemenpun gontok-gontokan. Ada penyakit baru yang melanda Indonesia setelah korupsi, that is immature.

Kasus P.Harto juga gitu, pas dia meninggal aja semua pada membicarakan kebaikannya, seolah-olah ga pernah berbuat salah. Memang dia punya jasa–jelas tugas Presiden ya bikin rakyat seneng–tp tidak sebanding dengan kejahatannya. Banyak yang nulis dia manusia biasa tidak luput dari kesalahan…kalau menurutku–dia itu bukan manusia biasa, buktinya bisa jadi Presiden, pasti orang luar biasa dong… memang kita ornag muda ga ngalami jaman-jaman itu, tapi tugas kita ya mengkritisi segala kebijakan pemerintah, kalau ga bisa apa2–karena ga punya kuasa–minimal kita masih punya pendirian dan menolak kebijakan yang ga’ adil. meskipun kita ga’ mengalami masa-masa jahiliah Indonesia, minimal kita kan pernah baca, mendengar, tentang mereka. Ga’ harus menjadi ODHA kan kalau hanya untuk dapat merasakan gimana terserang AIDS. Yang perlu dimiliki adalah empati

February 10, 2008

LASKAR PELANGI–Must Read!!!

My Newest Indonesia’s Emotional Book

Dadaku masih berdebar-debar saat ini, saat menulis ini. Segala emosi masih terasa, sedih senang, gemes, sakit hati sama pemerintah, sama keadaan, bangga, campur aduk jadi satu. Dan buku ini benar-benar lengkap, semua. Kita benar2 diajak untuk menjadi anggota Laskar Pelangi, sebuah penggambaran yang mengesankan–Andrea Hirata. Kita akan mendapatkan pengalaman hidup. Lengkap banget, nilai-nilai persahabatan, pendidikan, penghormatan, tentang hidup. Disini kuasa Allah benar-benar berjalan, bagaimana awal dan akhir, sebab-akibat dari suatu perilaku. PN Timah yang dulunya sangat2 kaya, bergelimang harta beserta karyawan dan anak2 mereka, mereka menikmati segala fasilitas nomor 1 di dunia. Tapi, anak2 itu…mereka harus terseok2 untuk bisa mendapatkan ilmu di sekolah yang sangat2 sederhana. Tapi akhirnya Allah benar-benar adil–dan cocok juga ramalan si Mahar–PN Timah akhirnya bangkrut, hancur, habis, ada yang sampai gila karyawannya karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia jatuh miskin, karena terbiasa hidup lux.

Lintang, oh..lintang my Enstain, knp endingnya begitu, knp orang tua Flo tidak membantu untuk bersekolah, itu yang saya sesali. Selalu saja ekonomi menjadi faktor penghambat kemajuan, kenapa…..sedangkan byk sekali orang2 di luar sana sekolah di tempat yang bagus, sampai ke luar negeri dengan biaya orang tua tapi cuma untuk alasan ga’ penting–bangga2an. Miris, sakit hati dengan kenyataan ini dan yang paling menyakitkan i can’t do anything, sesek banget…kita akan dibuat nangis, merenungi hidup, dan benar kata Kick Andy, sangat keterlaluan kalau kita tidak mensyukuri hidup. Bikin bangga menjadi anak Indonesia juga.

sangat layak novel ini mendapat penghargaan sebagai Most Indonesia’s powerful book. Novel berisi kisah hidup penulis yang berasal dari Belitong, Sumatera, dan teman-temannya 8 orang anggota Laskar Pelangi. Siapapun, apapun latar belakang anda wajib baca buku ini, kalau setelah baca tidak ada kesan apa-apa…patut dipertanyakan…..hati kita terbuat dari apa..dan saya yakin semua pasti terketuk hatinya to do something new in his/her life.

txs God.

Older Posts »

Blog at WordPress.com.