DewiRakhma^Psy Weblog

August 29, 2008

Doa Douglas MacArthur

Filed under: pendidikan — Tags: , , , — dewisang @ 1:14 pm

Terima kasih mas Andy emailnya, meski sibuk masih sempat untuk mengirim artikel-artikel yang bermanfaat. Makasi dan terus kirim ya…Sukses unutk SEMIPALAR. Ini ada doa yang dibuat jendral besar amerika, Douglas MacArthur. Kita harus teteap belajar kan dengan siapa saja, meski dengan Amerika. Malah harusnya memang kita menyerap ilmu sebanyak2nya biar kita tidak kalah dengan mereka. Semoga jadi panduan dan inspirasi buat kita menumbuh kembangkan anak-anak kita. AMiin.

Tuhanku,

bentuklah putra-putriku menjadi manusia yang cukup berani

untuk menghadapi kelemahannya

dan berani menghadapi dirinya manakala dia takut.

 Manusia yang tetap teguh dalam kekalahan

tetapi jujur dan rendah hati

serta berbudi halus dalam kemenangan.

 Bentuklah putra-putriku menjadi manusia yang cita-citanya tak pernah padam

dan sanggup mewujudkannya di dalam tindakan.

Putra putri yang insyaf bahwa mengenal dirinya adalah alasan landasan pengetahuan.

 

Tuhanku,

aku mohon supaya putra-putriku berada di atas jalan yang tidak mudah dan lunak,

akan tetapi tumbuh dan Kau pimpin

di dalam desakan dan tantangan agar dia dapat berdiri kokoh di tengah badai;

 

Putra-putri yang dapat memimpin dirinya sendiri

sebelum berhasrat memimpin orang lain;

 

Putra-putri yang dapat memenangkan hari depan

dan masa lampau setelah itu semua menjadi miliknya;

 Aku masih mohon supaya putra putriku diberi perasaan jenaka

agar dia dapat bersungguh-sungguh tanpa terlampau bersungguh-sungguh;

 Karuniakanlah mereka kerendahaan hati dan bimbinglah mereka

agar selalu ingat akan Engkau sebagai sumber keAgungan dan keSederhanaan yang asli,

sebagai sumber keArifan dan keKuatan yang asli,

 

dengan demikian, aku, ayahnya dapat memberanikan diri untuk berbisik “hidupku tidak sia-sia”

 

Douglas MacArthur

 

 

August 24, 2008

Sabtu Istimewa

Filed under: Uncategorized — Tags: , , , , , — dewisang @ 3:35 pm

 Almost everyday, di minggu terakhir menjelang event besar di skul, tiap hari musti latihan, gladi tiap hari, diterusin nge-fix-in acara. Jumat, 22 Agustus  Dini Aminarti n Cilla Irawan dateng ke skul, ikut nemenin jalan2, perasaanku, biasa aja , nothing special. Knp ga’ heboh ya….macam pengen foto, tanda tangan ato apa, biasa aja, malah lebih ngarepin foto ma temen2, padahal biasanya aku ga’ bisa diem klo ada kamera. Lebih ngangenin foto ma temen2 tuh. Kesanq JAIM, dan fully acting. Pokoknya ada orang baru senyum ga’ jelas, ada kamera langsung pose. Ihh, ga’ suka banget, makin ilfil pas diceritain temenku, yg ketua panitia, pas dia jemput di Bandara, iseng2 dia tanya “jam berapa dari Jakarta?”. Jawab Dini “jam 7” pendek, sambil mlengos. Temenku yang sengaja bawa kamera, jadi ilfil juga, males banget. Eh, gitu pas di skul senyam-senyum, ga’ pke ngomong. Jaim banget deh. Gw bayangin Dika yang dateng, wah…..pasti langsung kayang dan ngesot…hwa..hwa…hwa… (more…)

March 27, 2008

Islam dan Kreativitas Guru dalam Metode Pembelajaran

Rakhmawati, dewi. 2007. Islam dan Kreativitas Guru dalam Metode Pembelajaran (Bab II). Makalah tidak diterbitkan. Malang: Masjidil ‘Ilm Bani Hasyim

 Sekolah Islam memang menggeliat belakangan ini. Lembaga pendidikan ini tidak lagi dipandang sebelah mata, sebagai lembaga yang kolot dan ‘puritan’. Maraknya para orang tua menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Islam belakangan ini, menurut pakar pendidikan yang juga mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Prof DR Hidayat Syarif merupakan fenomena yang sangat positif. ”Ini fenomena yang bagus. Dulu, sekolah sekolah ini tidak mampu bersaing,” jelas Hidayat. Menurut mantan Deputi Sumber Daya Manusia (SDM) Bappenas ini, sekolah-sekolah Islam selain mengutamakan mata pelajaran umum yang sesuai dengan kurikulum Diknas, juga ditambah dengan mata pelajaran agama. Lebih khusus lagi, kata Hidayat, adalah pada penanaman moral, pendidikan akhlak.

Alasan serupa dikemukakan psikolog dan pemerhati pendidikan anak, Seto Mulyadi. Menurut Kak Seto, belakangan ini banyak lembaga pendidikan Islam yang telah meningkatkan kualitasnya dengan mengadopsi beberapa model atau kurikulum dari luar negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat dan lainnya. ”Semua baik, tapi yang penting harus dilakukan dengan prinsip for the best interest of the child (demi kepentingan terbaik bagi anak), bukan bagi orang tua, guru, yayasan, dan sebagainya,” jelasnya. Penulis setuju dengan pendapat Kak Seto, sumber informasi terpenting adalah dari sisi anak. Sekolah yang baik adalah baik menurut anak bukan baik menurut iklan. Pertanyaan mendasar adalah coba anak boleh melihat, mencoba, pada saat pendaftaran itu ada suasana untuk percobaan dan sebagainya lalu tanyakan kepada anak. Menurut dia bagaimana, enak nggak di sekolah itu? Kalau dia suka silahkan didaftarkan. Orangtua jangan memilih sekolah hanya karena prestise.

Sekolah Islam sebaiknya tidak mengajarkan ajaran-ajaran Islam dalam hanya sekadar dari sudut pandang orang tua. Misalnya orang tua nanti kalau berbuat ini dosa, kalau mengerjakan ini nanti masuk sorga. Jadi, akhirnya anak jadi objek untuk ambisi orang tua. Sejak dini anak memang harus dibekali dengan pendidikan agama, namun harus melihat metode yang dipakai. ”Pengajarannya bagaimana? Jangan lembaga Islam metode pembelajarannya dengan kekerasan sehingga membuat anak malah takut dengan agama. Mereka bisa anti produktif, tapi kalau Islam diajarkan dengan bernyanyi, dongeng, boneka, kegiatan bermain di taman yang menyenangkan, gurunya ramah, itu Islam akan sangat muncul dengan efektif pada diri anak.

Metode pembelajaran merupakan kunci utama berhasilnya sebuah pendidikan. ”Ada sekolah Islam yang metodenya menyenangkan tapi tidak sedikit sekolah Islam yang metodenya kurang menyenangkan. Ini yang sangat disayangkan, akan memberikan gambaran yang keliru terhadap Islam.” Anak pra sekolah, misalnya, belum saatnya dia ditakut-takuti kalau bolos, atau malas nanti masuk neraka. Anak-anak usia begini seharusnya dikenalkan bahwa Islam itu indah, sabar, kasih sayang, dan diberikan contoh konkret,” ujarnya. Yang tak kalah pentingnya, papar Kak Seto lebih lanjut, peran orang tua dalam membimbing anak. Apalagi, seorang anak justru akan lebih lama bersama orang tuanya ketimbang guru. ”Orang tua harus menyadari bahwa pendidik yang paling utama adalah orang tuanya sendiri. Jadi, orang tua harus memainkan peranan penting terhadap pendidikan anak. Dimulai dengan keteladanan atau contoh, jangan menyuruh anak shalat tapi anak tidak shalat. Jangan menyuruh kepada anak kalau dari orang tuanya tidak ada keteladanan yang konkrit dari orang tuanya.” Yang penting, kata Kak Seto, penekanannya bukan sekadar hablumminallah tapi hablum minannaas. ”Kita memberikan kepada mereka bahwa ajaran Islam itu baik hati,” ujarnya. Di rumah, hal itu bisa ditunjukkan oleh orang tua kepada anak. Ketika setelah shalat, misalnya, orang tua mendongeng bagi anak, bukan mengomel. ”Dari situ ada asosiasi antara perilaku shalat dan kasih sayang ataupun suasana kehangatan emosional ibunya yang dirasakan sekali terhadap anak,” ujarnya. (more…)

Create a free website or blog at WordPress.com.