DewiRakhma^Psy Weblog

December 16, 2008

mak cik maryamah

Filed under: book, News, Resensi — Tags: , , , , , — dewisang @ 10:32 am

mak cik maryamah <!– @page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } –>

I’ve finished mimpi-mimpi lintang MARYAMAH KARPOV. Andrea Hirata gilaaaaaaaaaaa……..gila segalanya, konyol, aneh, mistis, plus bisa segalanya, aku sampai berpikir, apa iya ada hidup yang demikian dramatis?? Namanya juga novel, pasti ada bumbu-bumbu yang bikin hiperbolis, klo’ ga’ gitu ga’ akan seru…ya ga’? dan ga’ mudah membuat pembaca seolah-olah merasakan apa yang Ikal rasakan. Di tetralogi ini Andrea banyak bercerita dari sisi budaya, kebiasaan orang Melayu, Sawang, Ho Kian.

Orang melayu suka main catur berlama-lama, mengolok-olok pemerintah, cangkru’an di warung kopi, taruhan, tapi sama sekali ga’ gentle, klo’ kalah suka mengelak dengan berkata “kemarin itu lo Cuma bercanda”. Merka suka sekali memberi julukan sesuai dengan tabiat masing-masing. Ada yang dipanggil si A ini Buku gambar taukah kawan mengapa dipanggil demikian? (more…)

September 25, 2008

BOS tidak pernah salah

Filed under: About Me, Resensi — Tags: , — dewisang @ 3:07 pm

kemarin, setelah menghadiri workshop di DOME UMM, langsung meluncur ke Mall sama Ana dengan kostum yg masih lengkap, batik. Ah, cuek aja, biar aja ke mall pke batik. batik resmi lo ya..bukan yg sudah modif. Mulai jam 1 ampe buka disana, orang2 yang dateng dah pada ganti, kita ga’ pulang2. Ke matahari, potong rambut, gramedia, hypermart, buka. Pas di gramedia aku baca buku yang judulnya “BOS TIDAK PERNAH SALAH”. (more…)

July 2, 2008

“Bangsa porak-poranda”

Filed under: Resensi — Tags: , , — dewisang @ 12:21 am

Karya: Taufiq Ismail

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
Penganggur 40 juta orang,
anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid,
pecandu narkoba 6 juta anak muda,
pengungsi perang saudara 1 juta orang,
VCD koitus beredar 20 juta keping,
kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan
dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya. (more…)

April 13, 2008

Teman-teman Raditya is back

Dia datang dengan membawa Babi Ngesot…..pengalaman model apa lagi yang dibawa dia kali ini, pasti bikin kita kram perut dan nangis2 krn ketawa. tgl 25 April beredar di toko buku se Indonesia, are u ready? yang pre order sih dah dapet, sebanyak 300 orang dapet tanda tangan ma kaos, tapi kaosnya 150 doang. ini buku keempat setelah Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, dan Radikus Makankakus, ketiganya sudah ak tamatkan dan sudah beredar di tangan teman-teman yang butuh bacaan ringan tapi keren, lucu, gila deh. Dan bukan hanya itu, tapi ada lagi bukunya “tolong, Radith membuat saya Bego”,  berisi foto-foto gila pembaca buku2nya Radith yang dikumpulkan dari kontes Aku dan Buku Radithku, publish 17 April untuk Jabotabek, kurang lebih seminggu kemudian tersebar nasional. (radityadika.com).

siap-siap saving neh…ana, amel, siap2 ketawa lagi kita…

March 27, 2008

Islam dan Kreativitas Guru dalam Metode Pembelajaran

Rakhmawati, dewi. 2007. Islam dan Kreativitas Guru dalam Metode Pembelajaran (Bab II). Makalah tidak diterbitkan. Malang: Masjidil ‘Ilm Bani Hasyim

 Sekolah Islam memang menggeliat belakangan ini. Lembaga pendidikan ini tidak lagi dipandang sebelah mata, sebagai lembaga yang kolot dan ‘puritan’. Maraknya para orang tua menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Islam belakangan ini, menurut pakar pendidikan yang juga mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Prof DR Hidayat Syarif merupakan fenomena yang sangat positif. ”Ini fenomena yang bagus. Dulu, sekolah sekolah ini tidak mampu bersaing,” jelas Hidayat. Menurut mantan Deputi Sumber Daya Manusia (SDM) Bappenas ini, sekolah-sekolah Islam selain mengutamakan mata pelajaran umum yang sesuai dengan kurikulum Diknas, juga ditambah dengan mata pelajaran agama. Lebih khusus lagi, kata Hidayat, adalah pada penanaman moral, pendidikan akhlak.

Alasan serupa dikemukakan psikolog dan pemerhati pendidikan anak, Seto Mulyadi. Menurut Kak Seto, belakangan ini banyak lembaga pendidikan Islam yang telah meningkatkan kualitasnya dengan mengadopsi beberapa model atau kurikulum dari luar negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat dan lainnya. ”Semua baik, tapi yang penting harus dilakukan dengan prinsip for the best interest of the child (demi kepentingan terbaik bagi anak), bukan bagi orang tua, guru, yayasan, dan sebagainya,” jelasnya. Penulis setuju dengan pendapat Kak Seto, sumber informasi terpenting adalah dari sisi anak. Sekolah yang baik adalah baik menurut anak bukan baik menurut iklan. Pertanyaan mendasar adalah coba anak boleh melihat, mencoba, pada saat pendaftaran itu ada suasana untuk percobaan dan sebagainya lalu tanyakan kepada anak. Menurut dia bagaimana, enak nggak di sekolah itu? Kalau dia suka silahkan didaftarkan. Orangtua jangan memilih sekolah hanya karena prestise.

Sekolah Islam sebaiknya tidak mengajarkan ajaran-ajaran Islam dalam hanya sekadar dari sudut pandang orang tua. Misalnya orang tua nanti kalau berbuat ini dosa, kalau mengerjakan ini nanti masuk sorga. Jadi, akhirnya anak jadi objek untuk ambisi orang tua. Sejak dini anak memang harus dibekali dengan pendidikan agama, namun harus melihat metode yang dipakai. ”Pengajarannya bagaimana? Jangan lembaga Islam metode pembelajarannya dengan kekerasan sehingga membuat anak malah takut dengan agama. Mereka bisa anti produktif, tapi kalau Islam diajarkan dengan bernyanyi, dongeng, boneka, kegiatan bermain di taman yang menyenangkan, gurunya ramah, itu Islam akan sangat muncul dengan efektif pada diri anak.

Metode pembelajaran merupakan kunci utama berhasilnya sebuah pendidikan. ”Ada sekolah Islam yang metodenya menyenangkan tapi tidak sedikit sekolah Islam yang metodenya kurang menyenangkan. Ini yang sangat disayangkan, akan memberikan gambaran yang keliru terhadap Islam.” Anak pra sekolah, misalnya, belum saatnya dia ditakut-takuti kalau bolos, atau malas nanti masuk neraka. Anak-anak usia begini seharusnya dikenalkan bahwa Islam itu indah, sabar, kasih sayang, dan diberikan contoh konkret,” ujarnya. Yang tak kalah pentingnya, papar Kak Seto lebih lanjut, peran orang tua dalam membimbing anak. Apalagi, seorang anak justru akan lebih lama bersama orang tuanya ketimbang guru. ”Orang tua harus menyadari bahwa pendidik yang paling utama adalah orang tuanya sendiri. Jadi, orang tua harus memainkan peranan penting terhadap pendidikan anak. Dimulai dengan keteladanan atau contoh, jangan menyuruh anak shalat tapi anak tidak shalat. Jangan menyuruh kepada anak kalau dari orang tuanya tidak ada keteladanan yang konkrit dari orang tuanya.” Yang penting, kata Kak Seto, penekanannya bukan sekadar hablumminallah tapi hablum minannaas. ”Kita memberikan kepada mereka bahwa ajaran Islam itu baik hati,” ujarnya. Di rumah, hal itu bisa ditunjukkan oleh orang tua kepada anak. Ketika setelah shalat, misalnya, orang tua mendongeng bagi anak, bukan mengomel. ”Dari situ ada asosiasi antara perilaku shalat dan kasih sayang ataupun suasana kehangatan emosional ibunya yang dirasakan sekali terhadap anak,” ujarnya. (more…)

Older Posts »

Create a free website or blog at WordPress.com.