DewiRakhma^Psy Weblog

March 27, 2008

Tipe Parenting

 Seperti apa anda mengasuh putra-putri anda?

Masa anak-anak merupakan masa pembentukan kepribadian. Bayi yang berusia 3 bulan sudah menunjukkan karakteristiknya, seperti tingkat aktivitas, rentang atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan, dan mood. Seorang bayi mungkin aktif, mudah dialihkan perhatiannya, dan tidak mudah ditenangkan jika sedang gelisah; bayi lainnya mungkin banyak diam, tekun dalam memusatkan perhatian pada satu aktivitas, dan mudah ditenangkan.

Bayi anda termasuk dalam karakteristik yang mana? Hal ini sebagian besar ditentukan oleh faktor nature (genetik/keturunan). Hasil penelitian pada kembar identik yang berjenis kelamin sama, usia rata-rata 5 tahun, dan juga pada kembar fraternal menunjukkan bahwa penurunan genetik merupakan determinan yang penting dalam hal temperamen sosiabilitas, emosionalitas, dan aktivitas.

Selain faktor genetik, kepribadian juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya pola asuh.

Tipe Pola asuh (parenting)

  • Tipe autoritatif: orang tua yang menerima dan melibatkan anak sepenuhnya. Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia dan kemampuan mereka. Tetapi mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah. Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan. Anak dari orangtua seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang mandiri, tegas terhadap diri sendiri, ramah dengan teman sebayanya, dan mau bekerja sama dengan orangtua. Mereka juga kemungkinan berhasil secara intelektual dan sosial, menikmati kehidupan, dan memiliki motivasi yang kuat untuk maju.

  • Tipe Otoriter: orangtua yang menuntut dan mengendalikan semata-mata karena kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah. Mereka mengendalikan dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak; mereka menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap kekuasaan mereka, dan tradisi. Anak-anak dengan orangtua seperti ini cenderung memiliki kompetensi dan tanggungjawab sedang, cenderung menarik diri secara sosial dan tidak memiliki spontanitas. Anak perempuan akan tergantung pada orangtuanya dan tidak memiliki motivasi untuk maju; anak laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan anak laki-laki yang lain.

  • Tipe Penyabar: orangtua yang menerima, responsif, sedikit memberikan tuntutan pada anak-anaknya. Anak ini lebih positif moodnya dan lebih menunjukkan vitalitasnya dibandingkan anak dari keluarga otoriter. Orangtua yang serba membolehkan (permisif) akan mendorong anak menjadi agresif, dan cenderung tidak percaya diri.

  • Tipe Penelantar: Orang tua tipe ini lebih memeprhatikan aktivitas diri mereka sendiri dan tidak terlibat dengan aktivitas anak-anaknya. Mereka tidak tahu dimana anak-anak mereka berada, apa yang sedang dilakukan, dan siapa teman-temannya saat di luar rumah; mereka tidak tertarik pada kejadian-kejadian di sekolah anak; jarang bercakap-cakap dengan anak-anaknya; dan tidak mempedulikan pendapat anak-anaknya.

Selamat bagi anda yang telah menjadi orangtua autoritatif, dan bagi yang belum tidak ada pilihan lain kecuali berusaha belajar menjadi orangtua yang autoritatif.

*sumber: Atkinson. 1987. Pengantar Psikologi, Jilid Dua (edisi ke sebelas). Terjemahan oleh Dr. Widjaya Kusuma. Batam: Interaksara.

Say Yess For Children

 

 

January 30, 2008

Ekspresikan Emosimu

Setiap perilaku yang terjadi disebabkan oleh sesuatu, Dengan kata lain segala sesuatu memiliki determinan. Faktor yang dapat menggerakkan dan memberi arah seseorang dalam berperilaku disebut motif (Atkinson, 1987). Seseorang yang memiliki motivasi akan melakukan sesuatu lebih giat dibandingkan seseorang yang tidak termotivasi. Motif memiliki jenis yang berbeda, antara lain kelangsungan hidup (survival), sosial, dan keingintahuan. Selain motif, ada lagi yang membuat orang “bergerak” yaitu emosi.

Motif berbeda dari emosi, motif dibangkitkan dari dalam sedangkan emosi dipicu dari luar. Namun, perbedaan tersebut tidak absolut, bisa saja saat melihat makanan kemudian kita merasa lapar. Emosi adalah suatu pengalaman afektif, ada dua macam yaitu emosi positif dan negatif. Senang, bangga, terkejut, merupakan emosi positif. Marah, sedih, muak, kecewa, jijik, takut, termasuk emosi negatif. Yang sering dianggap emosi di masyarakat adalah emosi negatif, misalnya “awas dia sedang emosi, jangan dekat-dekat nanti kena semprot lho…”. Padahal orang yang sedang gembira juga sedang emosional.

Emosi perlu diekspresikan, fungsinya sangat penting yaitu untuk mengkomunikasikan emosi itu sendiri agar suatu organisme dapat bertahan hidup–dalam buku The Expression of Emotion in Man and Animal (C.Darwin). Setiap orang memiliki cara dalam mengekspresikannya. Ada yang secara langsung konfrontasi dengan sumber emosi, namun banyak juga yang tidak langsung. Ada orang-orang yang memendam segala sesuatu sendiri, ada yang melampiaskan terhadap benda mati, ada yg lewat bermain musik atau sekedar mendengarkan dan menyanyi, menulis, atau bercerita kepada orang lain. Dan masing2 cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. (more…)

Blog at WordPress.com.